Detail News



post image
Kota Bandung Waktu telah berjalan terlalu cepat. Tidak kusangka Desember telah menghampiriku kembali. Aaah tidak. Aku harus melakukan retrospektif tahunan lagi. Sambil memandang indahnya kota Bandung, kulihat kembali semua yang telah terjadi di sepanjang 2017 ini. Tidak ada cerita sukses atau glamornya hidup di sini seperti yang akan kalian temukan di media sosial lainnya. Tahun 2017 merupakan tahun dimana aku bisa diberikan kesempatan untuk bertemu beragam macam orang dari berbagai kota di Indonesia. Sebagian dari mereka ingin membuat perubahan di ekosistem software development Indonesia. Sisanya hanya ingin tahu apa sih itu Scrum. Pre-conference workshop Scrum Day Bandung 2017 yang berawal dari niat baik panitia untuk membantu peserta conference untuk memahami Scrum dan mengikuti jalannya conference ternyata tidak berujung manis. Ya itulah hidup. Niat baik tidak selalu berakhir manis. Untuk menebus kesalahan tersebut kami membawa pre-conference workshop tersebut ke Malang, Surabaya, Yogyakarta, Makassar, Medan, Purwokerto dan Bandung sebagai kota terakhir dimana kami mengadakannya. Harapan kami cuma satu: bisa membawa semangat perubahan ke ekosistem software development di Indonesia. Akupun yang pertama kali mengatakan kepada komite Scrum Day Bandung untuk terlibat dalam inisiatif tersebut. Aku pikir dengan membagikan semangat tersebut percepatan perubahan di ekosistem software development Indonesia bisa terjadi. Tetapi aku terlalu sombong. Permasalahan di ekosistem software development Indonesia secara keseluruhan tidak sesederhana yang aku pikir. Huff! 1. Semua ingin perubahan, semua takut dengan perubahan Sungguh ironis memang keadaan yang aku lihat selama ini di kota-kota di Indonesia. People want change but people fear change. Lembur adalah masalah yang cukup umum dalam software development. Hampir semua software developer mengatakan padaku kalau mereka tidak ingin lembur yang tidak karuan. Mereka ingin keluar dari keadaan tersebut. Namun mereka juga tidak berani dengan lantang mengatakan hal ini kepada manajernya ataupun kliennya. Atau mungkin juga mereka sudah terbiasa dengan keadaan tersebut karena di perusahaan lain keadaannya tidak jauh berbeda. Status quo membuat realita hidup ambigu. Perbedaan antara normal dan abnormal menjadi tidak jelas. Bahkan aku harus mendengar kabar kalau ada software developer di Bandung yang harus masuk rumah sakit karena harus kerja 12 jam sehari 7 hari seminggu demi mengejar deadline dari kliennya. Klien merasa kalau mereka telah membayar mahal sehingga tidak mau mendengar alasan apapun. Sifat tidak mau tahu dari klien ini pun seakan dibiarkan oleh manajernya. Menjalankan bisnis di atas penderitaan orang lain tidak pernah logis bagiku. Namun sepertinya hal ini sudah dianggap normal di negeri ini. You never change things by fighting the existing… Baca Selengkapnya di medium. .
Jasa backdrop jogja, Kreatif Production sewa backdrop di yogyakarta.

Untuk informasi lebih lanjut ataupun untuk memesan silahkan hubungi kami kreatif production melalui telepon ataupun Whatsapp di : 08562964362, atau silahkan datang langsung ke alamat : Jl. LPMP Ngajeg, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, 55571. Kami dengan senang hati akan membantu anda mewujudkan keinginan anda

Whatsapp Telepon Email